Selasa, 15 Mei 2012

 KITA DAN HAWA NAFSU


Hawa nafsu senantiasa menyuruh manusia untuk melakukan keburukan. Dia pandai menghiasi dosa dan kemaksiatan, sehingga tampak indah dan menarik di mata manusia. Kita dapat merasakan pengaruh hawa nafsu melalui minimnya kita melakukan ketaatan, condong pada kemaksiatan dan terpesona kepada dunia. Untuk itu mari kita merenung sejenak, dengarkan apa kata hawa nafsu dan perhatikan pula jawaban untuknya. Semoga bermanfaat.

Hawa nafsu berkata, "Mengapa aku selalu disalahkan dan tidak boleh melakukan apa saja yang kuinginkan? Mengapa tidak ada kelonggaran? Sungguh aku tidak menyuruh, kecuali apa-apa yang baik dan enak."
Jawab: Ini merupakan salah satu tipu dayamu. Andaikan kami memberi keleluasaan kepadamu, maka kamu tidak akan berhenti memerintahkan keburukan kepada kami. Menghiasi kemaksiatan seakan-akan baik dan indah. Menganjurkan agar melakukan dan membiasakannya. Allah Subhannahu wa Ta'ala telah berfirman, artinya, Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku.” (Yusuf: 53)
Memang demikian adanya engkau wahai hawa nafsu. Kamu tidak akan mampu berubah dengan sendirinya tanpa adanya pertolongan Allah, perjuangan serta usaha yang sungguh-sungguh dari manusia.

Hawa nafsu berkilah, "Jika keberadaanku untuk mengajak kepada keburukan, maka bagaimana mungkin engkau dapat mengubahku?"
Jawab: Dapat dan pasti dapat. Faktor pendorong terbesar dari gejolakmu adalah kebodohan (al-jahl) dan kezhaliman (al- zhulm). Dari dua faktor ini muncul perilaku dan perkataan yang buruk. Dengan pertolongan Allah kamu pasti dapat berubah. Caranya adalah dengan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Ilmu yang bermanfaat adalah segala yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Sedangkan amal shaleh adalah amal yang memenuhi dua syarat yaitu ikhlash dan mutaba'ah atau mengikitu apa saja yang telah diajarkan Rasul Shalallaahu alaihi wasalam. Sedangkan yang tidak mencontoh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam namanya bid’ah.

Berkata nafsu, "Hawa nafsu itu ada beberapa macam, ada yang memerintahkan keburukan (amaratun bissuu'), ada nafsu pencela (lawwamah) dan nafsu yang baik/tenang (muth-mainnah). Namun mengapa nafsu selalu dianggap buruk?
Jawab: Nafsu dari sisi dzatnya adalah satu, sedangkan yang tiga macam itu sifatnya. Apabila memerintahkan keburukan dan maksiat, maka itu amaratun bissuu'. Jika memerintahkan kebaikan dan ketaatan, maka itu muthmainnah, dan jika memerintahkan sesuatu lalu mencelanya, maka itu lawwamah. Jika yang dicela adalah perbuatan buruk, maka ia terpuji dan jika yang dicela perbuatan baik, maka ia tercela.
Sedangkan secara umum nafsu memerintahkan kepada keburukan dan maksiat, maka bagaimana mungkin disebut baik, jika keadaanya selalu demikian?
Adapun nafsu muthmainnah adalah nafsu yang telah ditundukkan oleh pemiliknya, sehingga sifat ammaratun bissuu' (memerintah keburukan) telah mati dan tunduk di jalan Allah. Maka jadilah nafsu itu penyuruh dan pembisik kebaikan, maukah kamu demikian?

Hawa nafsu beralasan, "Jangan memperbesar masalah. Iman itu adanya di hati, selagi hati masih muthmainnah (beriman), maka mengapa musti khawatir secara berlebihan.?"
Jawab: Ini model iman orang murji'ah yang mengatakan, bahwa iman itu sekedar pengakuan hati, sedangkan amal tidak termasuk dalam iman. Ahlul haq berkeyakinan, bahwa iman adalah keyakinan hati, ucapan lisan dan perbuatan anggota badan. Iman dapat bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Allah Subhannahu wa Ta'ala dan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah memberitahukan, bahwa kemaksiatan akan menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala,
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan.” (Maryam: 59)
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (An-Nur: 63)

Hawa nafsu masih belum puas dan berkata, "Apakah engkau lupa, bahwa Allah adalah Maha Pengampun lagi Penyayang dan rahmat-Nya meliputi segala sesuatu?"
Jawab: Sungguh kami tidak lupa itu, namun kita tidak boleh mengambil satu nash dengan mengabaikan nash-nash yang lain. Memang benar Allah Maha Pengampun lagi Penyayang, namun dia juga Maha keras siksa-Nya sebagai-mana firman Nya, artinya,
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Maidah: 98)
Maka bagaimana kita akan melupakan, bahwa Dia juga keras siksa-Nya? Dia juga telah berfirman, artinya,
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (An-Nisaa: 48)
Siapakah yang tahu kehendak Allah. Tak seorang pun mengetahui, maka bagaimana kami mengetahui, bahwa kami termasuk salah seorang yang dikehendaki Allah untuk diampuni? Bahkan dia berfirman, artinya,
“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu” (An-Nisa:123)
Allah juga menjelaskan, bahwa rahmat-Nya dekat kepada orang-orang muhsin (yang berlaku baik). Artinya orang yang buruk berada jauh dari rahmat-Nya.

Hawa nafsu beralasan lagi, "Ini namanya su'udzan terhadap Tuhan. Allah Subhannahu wa Ta'ala telah berfirman di dalam hadits qudsi, "Saya tergantung persangkaan baik hamba Ku terhadap Ku" (Muttafaq ‘alaih). Kalau kamu mau husnudzan terhadap Allah, maka kamu akan yakin bahwa Dia pasti akan mengampunimu.
Jawab: Kami bertanya, "Apa yang kau ketahui tentang husnudzan terhadap Allah? Apakah sengaja melakukan dosa dan maksiat lalu berharap memperoleh rahmat dan ampunan Nya? Sesungguh- nya husnudzan terhadap Allah adalah dengan beramal sholeh karena seorang yang beramal sholeh, berarti berprasangka baik kepada Allah. Karena dia yakin, bahwa Allah akan memberikan balasan pahala kebaikannya, tidak mengingkari janji dan akan menerima taubat.
Sedangkan berbuat maksiat berarti telah su'udzan kepada Allah karena tidak yakin, bahwa kalau dia berbuat baik akan mendapat pahala. Bagaimana seorang yang melakukan sesuatu yang membuat Allah marah dan murka, menyepelekan hak-hak Nya, menerjang larangan-Nya dan terus demikian disebut sebagai berprasangka baik terhadap Allah?Maka yang dimaksud husnudzan adalah memperbagus amal, semakin baik amal seseorang, maka dia semakin berprasangka baik kepada Allah.

Hawa nafsu berkata, "Apa manfaatnya Allah menyiksa kita, apakah Dia butuh itu? Sedangkan ampunan-Nya tidak akan mengurangi kekuasaan Nya sedikit pun dan adzab-Nya tidak menambah kekuasaan-Nya sama sekali?
Jawab: Ini merupakan bisikan yang menyesatkan dan kebatilan yang nyata. Karena dengan demikian ayat-ayat ancaman dianggap hanya sekedar gertakan semata yang tak ada buktinya. Orang kafir juga akan berkata demikian, mereka berharap mendapatkan rahmat Allah dengan kekafiranya. Alasannya Allah tidak butuh untuk mengadzab manusia dan siksaan tidak akan menambah kekuasaan-Nya sedikit pun. Padahal Dia telah berfirman,
“Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir) (Al-Qalam: 35)
“Segolongan masuk surga dan segolong-an masuk neraka.” (Asy Syuura: 7)
Allah Subhannahu wa Ta'ala adalah Hakim segala hakim dan Dzat paling Adil di antara yang adil. Dan termasuk keadilan-Nya adalah menyiksa orang zhalim, fasiq, kufur dan terus menerus berbuat kerusakan di muka bumi.

Berbisik lagi hawa nafsu, "Yang dincaman itu hanya dosa-dosa besar seperti zina, mencuri, liwath,sihir, minum khamer, membunuh dan sebagainya. Adapun dosa-dosa kecil, maka masalahnya amatlah ringan dan tidak perlu dikhawatirkan."
Jawab: Telah berkata Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu, "Tidak ada dosa kecil kalau dilakukan terus menerus dan tidak ada dosa besar kalau dibarengi istighfar. Berkata pula seorang salaf, "Jangan engkau memandang kepada kecilnya dosa, namun lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat."
Dan jauh sebelumnya Nabi Shalallaahu alaihi wasalam telah memperingatkan, "Waspadalah kalian terhadap dosa-dosa kecil, karena kalau dosa itu berkumpul pada seseorang akan membinasakannya."(HR. Al-Bukhari)
Imam Ibnul Qayyim juga telah mengingatkan, bahwa bisa saja dosa-dosa kecil dapat berakibat lebih fatal daripada dosa-dosa besar. Karena pelaku dosa besar biasanya merasa malu dan menyesal atas dosanya. Sedangkan pelaku dosa kecil terkadang tidak merasa takut dan malu dengan dosa itu.

Setelah kehabisan alasan nafsu berkata untuk terakhir kali, "Seluruh dosa adalah sudah takdir dan kehendak Allah, kita hanya sekedar menjalankan saja, tak mampu mengelak terhadap takdir itu. Kalau Allah berkehendak tentu kita tidak melakukan dosa dan tentu banyak melakukan ketaatan."
Jawab: Nah semakin jelas sekarang kebobrokanmu, dan terbukalah kedokmu. Kini engkau berhujjah dengan hujahnya orang-orang musyrik karena kehabisan alasan. Hujjahmu adalah dusta semata, sekarang kuberi tahu mengapa alasanmu sangat lemah."
  • Berhujjah dengan takdir berarti mengklaim tahu perkara ghaib, darimana tahu, bahwa Allah menakdir kan seseorang ahli maksiat, mengapa tidak mengatakan, "Allah menakdirkan aku menjadi orang yang taat?
     
  • Mengapa ketika melakukan ketaatan tidak beralasan dengan takdir Allah (sehingga tak perlu mengharap balasan dan surga, red). Karena Allah yang berkehendak itu, mengapa tidak membiarkan dirinya lapar dan haus, mengapa ketika sakit berobat, mengapa berusaha? Namun anehnya untuk perbuatan baik mengapa tidak berusaha?
     
  • Kalau beralasan dengan takdir ketika berbuat maksiat diterima, tentu umat-umat terdahulu yang ingkar dan durhaka dibiarkan tidak disiksa, artinya tidak ada gunanya ayat-ayat yang berisi ancaman Allah.
     
  • Kalau ada orang menzhalimi kamu, harta, kehormatan dan darahmu, apakah kamu menerima jika dia beralasan dengan takdir Allah?
     
  • Jika demikian maka tidak ada bedanya orang kafir dengan mukmin, ahli maksiat dan orang baik karena semuanya dipaksa tanpa dapat memilih, ini merupakan kebatilan yang nyata.
Ah sudah lah! Tidak ada gunanya terus menerus menuruti kamu, sampai kapan pun kamu tidak bisa menipu orang-orang yang ikhlas dan taat terhadap Allah dan Rasul-Nya.

 PINTU-PINTU MASUKNYA SYETAN


Imam Ibnul Qayyim menyebutkan empat macam pintu masuknya syetan untuk menjerumuskan manusia. Empat pintu tersebut adalah; lahazhat (pandangan mata), khatharat (angan-angan), lafzhat (ucapan lisan), dan khuthuwat (langkah kaki). Beliau rahimahullah telah menjelaskan betapa bahayanya jika kita meremeh kan dan tidak waspada terhadap empat hal ini. Selain itu, beliau juga menjelaskan bagaimana cara untuk menjaga diri darinya agar seseorang selamat dari tipu daya dan gangguan syetan.

Di antaranya beliau mengatakan, "Karena sumber kemaksiatan itu dimulai dari pandangan, maka Allah subhanahu wata’ala mendahulukan perintah menundukkan pandangan daripada perintah menjaga kemaluan. Karena berbagai kejadian buruk itu dimulai dari padangan, sebagaimana api yang besar berasal dari percikan yang kecil. Maka dimulai dari pandangan, lalu menjadi angan-angan, lalu langkah kaki dan terakhir melakukan dosa. Berikut ini penjelasan ringkas tentang empat hal di atas, semoga bermanfaat.

Lahazhat (Pandangan Mata)

Yang dimaksudkan lahazhat adalah mengikuti hawa nafsu dan memberi kebebasan kepadanya. Padahal menjaganya adalah pangkal terjaganya kemaluan. Maka siapa yang dengan bebas melemparkan pandangan dan mengikuti hawa nafsunya, berarti dia telah menjerumuskan dirinya dalam kehancuran.

Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam telah mengingatkan kita, sebagaimana sabdanya,
"Janganlah engkau ikuti padangan dengan padangan berikutnya, karena untukmu adalah padangan yang pertama, sedangkan selanjutnya bukan untukmu." (HR. Ahmad)
Beliau juga melarang duduk-duduk di pinggir jalan. Maka para shahabat bertanya, "Bagaimana jika kondisi mengharuskan untuk itu (duduk di pinggir jalan)?” Maka beliau menjawab, "Jika engkau memang harus melakukan itu, maka berikanlah hak jalan." Para shahabat bertanya, "Apakah hak jalan itu?” Beliau menjawab, "Menahan pandangan, tidak mengganggu orang dan menjawab salam." (Muttafaq 'alaih)

Pandangan adalah sumber berbagai bencana yang banyak menimpa manusia, karena pandangan akan melahirkan angan-angan, lalu angan-angan melahirkan pemikiran, pemikiran melahirkan syahwat, dan syahwat memunculkan keinginan, lalu keinginan itu makin menguat hingga menjadi azam (tekad), akhirnya terjadilah perbuatan, jika tidak ada yang menghalangi. Maka dikatakan bahwa bersabar untuk menahan pandangan lebih ringan dibanding bersabar menahan derita setelahnya.

Pandangan seperti anak panah yang meluncur terus dan tidak akan sampai pada sasaran sebelum orang yang memandang menyediakan tempat untuknya di dalam hati. Kemudian setelah itu pandangan tersebut menggoreskan luka dalam hati, lalu disusul lagi dengan luka yang lain sebagai tambahan atas luka yang sebelumnya. Akhirnya pedihnya luka pun tak dapat terhindarkan lagi karena pandangan yang terulang terus menerus tiada henti.

Khatharat (Angan-angan)

Angan-angan urusannya lebih sulit lagi, karena ia merupakan awal terjadinya kebaikan atau keburukan. Dari angan-angan lahir keinginan dan kemauan serta azam (tekad). Maka siapa yang memelihara angan-angannya berarti dia telah memegang kendali dirinya, telah menundukkan hawa nafsunya. Dan siapa yang dikalahkan oleh angan-angannya maka hawa nafsu akan mengendalikannya. Siapa yang meremehkan angan-angan, maka angan-angannya akan menggiring nya menuju kehancuran.

Angan-angan seseorang berkisar pada empat hal pokok, yaitu; Pertama, angan-angan yang memberikan manfaat keduniaan; Ke dua, angan-angan yang mendatangkan madharat keduniaan; Ke tiga, angan-angan yang memberikan maslahat akhirat; Ke empat, angan-angan yang mendatang kan madharat akhirat.

Maka hendaknya seseorang selalu melihat kepada apa yang dia angankan, dia pikirkan, dan dia inginkan lalu menimbangnya dengan empat hal di atas. Lalu memilih yang terbaik, mendahulukan mana yang terpenting, mengakhirkan yang kurang penting.

Khayalan dan angan-angan kosong adalah sesuatu yang berbahaya bagi manusia, karena ia hanya akan melahirkan rasa lemah, malas, dan akhirnya sikap meremehkan dan tidak perhatian terhadap waktu lalu berujung pada kerugian dan penyesalan.

Maka seorang yang berakal, angan-angannya berkisar pada hal-hal yang baik, penting dan perlu. Dan untuk itulah syariat datang. Karena kebaikan dunia dan akhirat tidak akan dicapai kecuali dengan mengikuti syariat itu. Pikiran dan angan-angan yang paling mulia adalah segala yang ditujukan untuk Allah subhanahu wata’ala dan negri akhirat, di antara contohnya adalah:
  • Memikirkan ayat-ayat Allah subhanahu wata’ala dan berusaha memahaminya, sebab Allah subhanahu wata’ala menurunkan al-Qur'an bukan hanya sekedar untuk dibaca.
     
  • Memikirkan ayat-ayat yang dapat kita saksikan (ayat kauniyah) dan mengambil pelajaran darinya.
     
  • Memikirkan pemberian Allah subhanahu wata’ala, kebaikan dan nikmat-nikmat-Nya yang beraneka ragam kepada segenap makhluk, keluasan rahmat Allah subhanahu wata’ala, kesantunan dan ampunan-Nya.
     
  • Memikirkan kewajiban-kewajiban kita terhadap waktu, tugas-tugas yang harus ditunaikan dan mendata berbagai rencana kerja. Seorang yang bijak menjadi anak dari waktunya. Jika waktu disia-siakan maka hilanglah kebaikan, karena kebaikan itu dengan memanfaatkan waktu, kalau waktu sudah lewat maka tak mungkin untuk diraih kembali.
Lafzhat (Ucapan Lisan)

Cara untuk memelihara ucapan adalah dengan menjaganya agar tidak berbicara yang sia-sia, tidak berbicara kecuali yang diharapkan memberi keuntungan dan manfaat dalam agama. Jika ingin berbicara maka hendaknya melihat, apakah ucapan itu memberi kan keuntungan dan faidah atau tidak? Jika tidak memberi keuntungan maka perlu ditinjau lagi.

Jika engkau ingin tahu apa yang ada dalam hati seseorang, maka perhatikanlah gerakan mulutnya, karena mulutnya akan memperlihatkan kepadamu apa yang ada di dalam hatinya. Yahya bin Muadz berkata, "Hati itu ibarat periuk yang sedang mendidih, sedangkan lisan ibarat gayungnya. Maka perhatikanlah seseorang ketika berbicara, karena lisannya sedang menciduk untukmu apa yang ada dalam hatinya, manis atau pahit, tawar atau asin, dan lain sebagai nya. Dan cidukan lisannya akan menje- laskan kepadamu rasa hati orang itu.”

Dalam sebuah hadits marfu' dari Anas disebutkan,
"Tidak lurus keimanan seorang hamba sebelum lurus hatinya, dan tidak lurus hati seseorang sebelum lurus lisannya." (HR. Ahmad, dan ada penguatnya)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam ketika ditanya tentang sesuatu yang banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka, maka beliau menjawab, "Mulut dan kemaluan." (HR. at-Tirmidzi dan berkata hadits hasan shahih)

Khuthuwat (Langkah Kaki)

Langkah kaki, cara menjaganya adalah dengan tidak mengangkat telapak kaki, kecuali untuk sesuatu yang diharapkan pahala dan kebaikannya. Jika sekiranya langkah kaki tidak menambah pahala, maka duduk adalah lebih baik. Dan mungkin juga melangkah kepada hal yang mubah (boleh), namun diniatkan untuk qurbah (pendekatan diri) semata-mata karena Allah subhanahu wata’ala, maka langkah kaki akan dinilai sebagai qurbah.

Dalam hal ketergelinciran langkah kaki dan lisan, maka ada ayat yang menjelaskan bahwa antara keduanya ada saling keterkaitan, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. 25:63)

Dalam ayat di atas, Allah subhanahu wata’ala menyifati ibadur Rahman di antaranya adalah istiqamah (lurus) dalam ucapan dan langkah kaki mereka. Sebagaimana juga Allah subhanahu wata’ala mengaitkan antara lahazhat (pandangan) dengan khatharat (angan-angan) dalam firman-Nya, artinya,
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. 40:19). Wallahu a’lam bish shawab. (Kholif)

Sumber: Madakhil asy-Syaithan li ighwa’ al-Insan, min kalam al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dengan memotong dan meringkas, Qism Ilmi Darul Wathan.


 JANGAN TINGGALKAN DZIKIR




لا تترك الذكر لعدم حضورك مع الله فيه لان غفلتك عن وجود ذكره أشد من غفلتك في وجود ذكره فعسى ان يرفعك من ذكر مع وجود غفلة الى ذكر مع وجود يقظة ومن ذكر مع وجود يقظة الى ذكر مع وجود حضور ومن ذكر مع وجود حضور الى ذكر مع وجود غيبة عما سوى المذكور وما ذلك علي الله بعزيز


"Janganlah kamu meninggalkan dzikir karena tidak adanya kehadiranmu kepada Allah, kelalaianmu dari dzikir kepada Allah itu lebih berat dari kelalaianmu dalam atau ketika berdzikir kepada Allah, Mungkin saja Allah akan mengangkatmu dari dzikir (disertai adanya lupa) menuju dzikir yang disertai ingat kepada Allah dan dari dzikir yang disertai ingat kepada Allah menuju dzikir yang disertai hadirnya hati dan dari dzikir yang disertai hadirnya hati menuju dzikir yang disertai hilangnya sesuatu selain Allah SWT. Dan semua itu bukanlah hal yang sulit bagi Allah SWT.

Dari hikmah di atas Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa dzikir itu ada 4 tahap :
1. lisan لسان )
2. Ingat dalam hati يقظة)
3. Hadirnya Hati حضور)
4. Hilangnya sesuatu selain Allah (غيبة عما سوى المذكور )

Kita dzikir kepada Allah tapi akal kita lupa lalu kita meninggalkannya, maka hal ini adalah suatu kesalahan yang sangat fatal. Lebih baik kita berdzikir walaupun hati kita lupa, karena suatu ketika Allah akan menjadikan kita dalam derajat يقظة lalu menuju derajat حضور dan sampai pada derajat غيبة عما سوى المذكور.

Orang ingat kepada Allah adalah dalam hati bukan di lisan. Hal ini telah dijelaskan Allah dalam surat Al-A'raf ayat 205 :

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ (205)
205. Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.

Dalam ayat di atas Allah mentaukidi dengan وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ, jadi kalau kita tidak ingat kepada Allah maka kita termasuk orang yang lupa. Dzikir dengan lisan adalah sebagai wasilah (penghubung) untuk ingat dalam hati. Seperti halnya kita ingin pergi menggunakan sepeda, kita tidak akan sampai pada tujuan kecuali dengan adanya sepeda tersebut.

Dzikir merupakan ibadah yang sangat penting. Dalam hadits yang diriwayatkan Abdullah Ibn Bisr dijelaskan :
ان رجلا قال يا رسول الله ان شرائع الاسلام قد كثرت علي فأخبرني بشيئ اتشبت به قال لا يزال لسانك رطبا من ذكر الله
"Seseorang pernah berkata : Wahai Rasulullah syariat-syariat islam telah banyak maka beritahulah aku tentang suatu amal yang bisa kupegang teguh, Rasulullah bersabda : jangan henti-henti lisanmu untuk selalu basah dari dzikir Allah"

Oleh karena itu Ibnu Athaillah menyuruh kita untuk selalu berdzikir walaupun dengan lisan dan lupa kepada Allah. Kita diperintahkan untuk membaca Al-Qur'an walaupun tidak ingat kepada Allah, karena suatu ketika cahaya Al-Qur'an (نور القران) akan menghilangkan lupa tersebut. Jika lupa tersebut telah hilang maka kita akan paham apa yang kita ucapkan. Walaupun tidak ada kontak (berdzikir tanpa ada rasa takut kepada Allah) tapi kalau kita sudah sampai pada maqam حضور maka kita akan paham dan takut kepada Allah dengan sendirinya. Dan ketika kita telah ingat kepada Allah dengan adanya kontak seperti Rasulullah dan Sahabat maka di mana pun kita berada yang kita ingat hanyalah Allah SWT.
كان رسول الله يذكر الله في كل حال
"Rasulullah SAW selalu ingat kepada Allah dalam semua keadaan"

Dzikir adalah amal ibadah yang sangat penting, banyak sekali dalam Al-Qur'an telah dijelaskan tentang urgensi dzikir bagi seorang hamba. Allah telah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 190-191 :

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.



Dalam hadits nabi juga disebutkan :

سبق المفردون قالوا ما المفردون يا رسول الله ؟ قال المستهترون بذكر الله يضع الذكر عنهم اثقالهم فيأتون الله يوم القيامة خفافا (رواه مسلم والترمذي وغيرهما

"Orang-orang yang memencil dari manusia telah mendahului (dalam beribadah), para sahabat bertanya: Siapakah orang yang memencil dari manusia wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: Yaitu orang-orang yang memperbanyak dan selalu berdzikir kepada Allah, dzikir tersebut menghilangkan dosa-dosanya sehingga mereka datang kepada Allah pada hari kiamat dalam keadaan ringan"

الا انبئكم بخير اعمالكم وازكاها عند مليككم وارفعها في درجاتكم وخير لكم من انفاق الذهب والورق وخير لكم من ان تلقوا عدوكم فتضربوا اعناقهم ويضربوا اعناقكم ؟ قالوا بلى قال : ذكر الله

"Maukah kuberi tahu kalian tentang sebaik-baik dan sebersih-bersih amal kalian dihadapan tuhan, serta lebih tingginya amal dalam mengangkat derajat dan lebih baik dari pada menginfaqkan emas perak serta lebih baik dari pada berperang melawan musuh (kalian memukul leher-leher mereka dan mereka memukul leher-leher kalian). Para sahabat menjawab : ya , Nabi bersabda : Yaitu dzikir kepada Allah"

Hadits di atas menunjukkan bahwa shodaqah ataupun jihad jika tidak disertai dzikir kepada Allah maka tidak ada gunanya. Seperti halnya rumah dan segala isinya dengan kunci rumah tersebut, sudah pasti yang paling bagus adalah rumah dan isinya bukan kunci, namun kita tidak bisa mengambil isi rumah tersebut tanpa menggunakan kuncinya. Amal pun demikian, amal tidak bisa besar pahalanya tanpa disertai dzikir kepada Allah SWT
DOSA KECIL DAN BESAR




Tiada dosa kecil bila dihadapkan pada keadilan-Nya dan tiada dosa besar bila dihadapkan pada
karunia-Nya"

Ibnu ‘Athaillah menjelaskan dalam hikmahnya bahwa tidak ada dosa kecil jika keadilan Allah menghadap kita, juga tidak ada dosa besar jika fadhal Allah yang menghadap. Oleh karena itu orang yang telah melakukan dosa besar jika mendapatkan anugerah dari Allah maka dosa tersebut akan terhapus. Hal ini sesuai dengan firman Allah :





إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا [النساء/31]

31. Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).

Ayat di atas menjelaskan bahwa jika kita menjauhi dosa besar yang dilarang maka dosa kecil akan dihapus. Ada orang jahat yang telah membunuh 99 orang, setelah itu dia bertanya pada seorang ulama'. Apakah dosanya masih bisa diampuni? Kemudian ulama' tersebut menjawab bahwa dia sudah tidak bisa diampuni lagi. Akhirnya ulama' tersebut dibunuh juga sehingga genaplah orang yang dibunuh menjadi 100 orang. Kemudian orang tersebut bertanya kepada ulama' yang lain. Namun ulama' yang ini menjawab bahwa walaupun dia telah membunuh banyak orang dan tidak bisa terhitung lagi, jika dia benar-benar ingin taubat kepada Allah maka Allah pasti akan mengampuninya. Akhirnya dia benar-benar taubat dan diminta untuk pergi ke Makkah. Namun di tengah perjalanan sebelum sampai ke Makkah dia meninggal. Dan Karena kesungguhan niatnya maka Allah menghapus semua dosanya dan memasukkannya ke dalam surga.

Ayat di atas juga menunjukkan bahwa dosa itu ada kalanya besar dan ada kalanya kecil. Dosa besar adalah dosa yang ada ancamannya dari Allah baik siksa di akhirat maupun balasan (الحد) di dunia. Dosa besar seperti halnya syirik (menyekutukan Allah), durhaka pada orang tua, membunuh, lari dari perang, zina, memakan harta anak yatim, sumpah palsu, minum minuman keras, meninggalkan shalat dan memutus persaudaraan. Sedangkan dosa kecil adalah dosa yang tidak ada ancamannya dari Allah swt.

Dosa kecil jika dilakukan terus-menerus maka akan menjadi besar. Dosa menjadi besar karena dia melakukan dosa tersebut tanpa menyadari bahwa dia telah melakukan maksiat kepada Allah swt. Dia merasa bahwa yang dilakukannya adalah tidak apa-apa. Kalau seseorang sudah terbiasa melakukan dosa kecil, maka dia tidak merasa bahwa dia telah melakukan dosa seperti halnya gashab yang terbiasa dilakukan oleh para santri.

Dosa dikatakan besar karena memandang hak-hak manusia yang lain. Dan dosa dikatakan kecil karena memandang hak-hak Allah saja tanpa adanya hak-hak adami. Atau ada hak-hak adami tapi hak tersebut sangatlah kecil. Hal ini tak lain karena adanya sebuah qaidah yang menyatakan bahwa :



حقوق الله مبنية علي المسامحة وحقوق العباد مبنية علي المشاحة

Akan tetapi jika kita memandang hak-hak Allah secara murni tanpa melirik qa'idah di atas maka semua dosa menjadi besar karena hak Allah itu tidak boleh dimaksiati.



وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِ بَصِيرًا [فاطر/45]

بِمَا كَسَبُوا di sini memang bersifat umum dan mencakup antara dosa kecil maupun dosa besar. Namun jika melihat ancaman pada lafadz مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ maka akan sangat besar akibat yang ditimbulkan. Dan pada dasarnya semua ini akan hilang jika kita memandang fadhal Allah swt.

BAGAIMANA AGAR SEMUA DOSA MENJADI KECIL?

Agar semua dosa mejadi kecil maka seseorang harus memiliki niat dan kesungguhan (عزم) bahwa dia tidak akan mengulangi maksiat. Dia juga harus merasa bahwa taat kita adalah karena anugrah Allah swt sehingga jika di tengah-tengah jalan kita maksiat, maka kita harus istighfar kepada Allah. Dan jika kita bisa melakukan ketaatan kepada Allah maka kita harus bersyukur kepada-Nya karena itu semua bisa terjadi karena pertolongan-Nya juga. Kita tidak boleh merasa bahwa taat tersebut adalah timbul dari kita sendiri. Karena jika taat tersebut tidak diterima oleh Allah maka semuanya akan sia-sia. Dalam Al-Qur'an telah disebutkan :



وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ [المؤمنون/60]

60. Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka[1008],

[1008] Maksudnya: Karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab, Maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah-sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima Tuhan.

Seseorang tidak boleh merasa bahwa dia bisa masuk islam dan melakukan shadaqah atau amal baik lainnya adalah karena dirinya sendiri. Dan seandainya dia tidak ditolong oleh Allah sehingga akhirnya melakukan maksiat maka dia harus berserah diri kepada Allah dan mengatakan bahwa sebenarnya dia sudah berusaha meninggalkan maksiat, namun nafsunya tidak kuat (lemah) sebagaimana sudah difirmankan Allah :



يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا [النساء/28]

28. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[286], dan manusia dijadikan bersifat lemah.

[286] yaitu dalam syari'at di antaranya boleh menikahi budak bila telah cukup syarat-syaratnya.

Kalau kita sudah berusaha dengan sungguh-sungguh dalam meninggalkan maksiat tapi belum mampu menghindarinya maka fadhal Allah akan menghadap pada kita dan akhirnya dosa besar akan menjadi kecil.

Jika ada orang yang selalu melakukan maksiat dari kecil lalu dia mengatakan bahwa dirinya tidak mungkin lagi dimaafkan oleh Allah sehingga akhirnya dia tidak mau mengakhiri maksiatnya maka ini adalah dosa yang sangat besar. Orang ini telah melakukan dosa yang sangat besar karena telah berputus asa dari rahmat Allah swt. Dalam Al-Qur'an Allah telah berfirman :



يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ [يوسف/87]

87. Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Agar fadhal Allah yang menghadap pada kita dan bukan keadilan-Nya maka kita tidak boleh menghina hak-hak Allah walaupun itu kecil. Orang yang terbiasa melakukan dosa kecil maka dia akan meremehkannya sehingga akhirnya menjadi besar. Suatu contoh adalah seseorang yang terbiasa makan menggunakan tangan kiri. Walaupun ini Cuma makruh tapi jika dilakukan terus-menerus maka akan meremehkan syari'at-syari'at islam.

Pada zaman nabi pernah ada sahabat yang makan menggunakan tangan kiri, lalu nabi menyuruhnya agar makan dengan tangan kanan, namun sahabat tersebut justru mengatakan bahwa dia tidak bisa. Lalu Rasulullah bersabda: kamu tidak bisa makan. Akhirnya sahabat tersebut benar-benar tidak bisa makan menggunakan tangannya karena mengalami kelumpuhan.

Imam Bisyr Al-Khafi pernah menemukan selembar kertas yang di dalamnya terdapat nama Allah. Kertas tersebut telah terinjak-injak oleh kaki-kaki orang yang lewat. Lalu dia mengambilnya dan membeli minyak seharga satu dirham. Kertas tersebut lalu diolesi dengan minyak dan ditaruh di atas tembok. Kemudian pada malam hari dia bermimpi ada orang yang berkata : "wahai Bisyr kamu telah mengharumkan namaku, maka aku akan mengharumkan namamu di dunia dan akhirat"

Contoh dosa kecil yang tidak boleh kita sepelekan adalah bercampur dengan lain jenis yang tidak mahramnya. Walaupun hal ini sudah sangat umum di kalangan masyarakat, namun kalau dilakukan terus-menerus maka akan menjadi dosa besar. Contoh lain adalah seorang perempuan yang memakai kerudung tapi rambutnya masih kelihatan. Walaupun kelihatan sepele namun jika dibiarkan maka akan sangat berbahaya. Oleh karena itu, seorang mukmin tidak boleh menganggap remeh sebuah dosa. Dalam sebuah hadits telah disebutkan :

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا قَالَ أَبُو شِهَابٍ بِيَدِهِ فَوْقَ أَنْفِهِ

صحيح البخاري - (ج 19 / ص 367)

Artinya : "Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosanya seperti ketika dia duduk di lereng gunung, dia takut kalau gunung tersebut melongsorinya. Dan sesungguhnya orang yang fajir akan memandang dosanya seperti lalat yang terbang pada hidungnya. Kemudian Rasulullah berkata: seperti ini. Abu syihab berkata : Rasulullah menaruh tangannya di atas hidungnya

Senin, 14 Mei 2012

Bismillahirrahmanirrahiim

Doa dan Keutamaan Shalat Tahajud

Shalat Tahajjud adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari sesudah mengerjakan shalat Isya sampai terbitnya fajar dan sesudah bangun dari tidur, meskipun itu hanya sebentar.

Hukum Shalat Tahajjud adalah Sunnat Mu’akkad, Yaitu : Sunnat yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan, karenanya maka Rasul SAW sangat menganjurkan kepada para umatnya untuk senantiasa mengerjakan shalat Tahajjud. Menurut para ulama, bilangan rakaat shalat Tahajjud itu sekurang-kurangnya adalah dua rakaat, dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas.

Ayat Al-Quran dan Hadits yang menganjurkan untuk Shalat Tahajud.

Allah SWT berfirman yang artinya:

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.Dan orang yang melalui malam hari dengan sujud dan berdiri untuk Tuhan mereka”

Rasulullah SAW bersabda :

“Kerjakanlah shalat malam, karena shalat malam itu kebiasaan orang-orang yang shaleh sebelum kamu dahulu, juga suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada TUHAN kalian, juga sebagai penebus pada segala kejahatan (dosa) mencegah dosa serta dapat menghindarkan penyakit dari badan (HR.Imam Tarmidji & Ahmad)

Bacaan Doa Setelah Shalat Tahajud


Allahumma lakalhamdu annta nuurussamaawaati wal’ardhi wa manfiihinna wa lakalhamdu annta, wa lakalhamdu annta qayyimussamaawaati wal’ardhi wa manfiihinna, wa lakalhamdu annta rabbussamaawaati wal’ardhi wa manfiihinna, wa lakalhamdu annta mulkussamaawaati wal’ardhi wa manfiihinna, wa lakalhamdu annta malikussamaawaati wal’ardhi wa manfiihinna, wa lakalhamdu anntalhaqq wa wa’dukalhaqq, wa liqaa’uka haqq, wa qauluka haqq, waljannatu haqq, wannaaru haqq, wannabiyuuna haqq, wa muhammadun shallallaahu ‘alaihi wa sallam haqq, wassaa’atu haqq.
Allaahumma laka aslamtu wa ‘alaika tawakkaltu wa bika aamanntu wa ilaika anabtu wa bika khaashamtu wa ilaika haakamtu faghfirlii maa qaddamtu wa maa akhkhartu wa maa asrartu wa maa a’lantu, anntalmuqaddimu wa anntalmu’akhkhiru laa ilaaha illaa annta anta ilaahii laa ilaaha illaa annta.

Arti Bacaan Doa Setelah Sholat Tahajud

“Ya, Allah! Bagi-Mu segala puji, Engkau cahaya langit dan bumi serta seisinya. Bagi-Mu segala puji, Engkau yang mengurusi langit dan bumi serta seisinya. Bagi-Mu segala puji, Engkau Tuhan yang menguasai langit dan bumi serta seisinya. Bagi-Mu segala puji dan bagi-Mu kerajaan langit dan bumi serta seisi-nya. Bagi-Mu segala puji, Engkau benar, janji-Mu benar, firman-Mu benar, bertemu dengan-Mu benar, Surga adalah benar (ada), Neraka adalah benar (ada), (terutusnya) para nabi adalah benar, (terutusnya) Muhammad adalah benar (dari-Mu), peristiwa hari kiamat adalah benar.
Ya Allah, kepada-Mu aku pasrah, kepada-Mu aku bertawakal, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku kembali (bertaubat), dengan pertolongan-Mu aku berdebat (kepada orang-orang kafir), kepada-Mu (dan dengan ajaran-Mu) aku menjatuhkan hukum. Oleh karena itu, ampunilah dosaku yang telah lalu dan yang akan datang. Engkaulah yang mendahulukan dan mengakhirkan, tiada Tuhan yang hak disembah kecuali Engkau, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang hak disembah kecuali Engkau”.

Moga Manfaat
Insya’Allah
Bismillahirrahmanirrahiim

Doa dan Keutamaan Shalat Taubat

Sholat taubat dimaksudkan sebagai permohonan ampun setelah seseorang melakukan dosa atau merasa berbuat dosa lalu bertaubat kepada ALLAH.

Bertaubat dari suatu dosa artiya menyesal atas perbuatan yang telah dilakukannya, dengan berniat tidak akan melakukannya lagi disertai permohonan ampunana kepada ALLAH.

Shalat Taubat ini sangat dianjurkan oleh Rasulallah sesuai sabda Rasul
“Setiap orang yang berbuat dosa kemudian segera bergerak dan berwudhu kemudian shalat lalu memohon ampunan Allah, pasti Allah akan memberikan ampunan baginya. Setelah itu dibacanya surat ini: ‘mereka yang pernah mengerjakan kejahatan atau berbuat dosa terhadap dirinya sendiri, lalu mereka segera ingat kepada Allah, terus memohon ampunan atas dosanya, siapa lagi yang akan mengampuni dosa kalau bukan Allah’. Setelah itu mereka insyaf dan sadar bahwa tidak akan mengulangi lagi perbuatan dosa seperti yang suda-sudah, maka mereka itu akan diganjar dengan suatu pengampunan dari Allah dan akan diberi pahala dengan surga yang mengalir sungai-sungai dan mereka kekal didalamnya.”

Lafal niat shalat taubat

Ushalli sunnatat tawbati rak’atayni lillahi ta’ala

Dianjurkan pada rakaat pertama membaca surat Al-Kafiruun, rakaat kedua surat Al-Ikhlas

Setelah salam dianjurkan membaca ini:

“Ila hadlratin nabiyyil mushthafa rasulillah shallallahu ‘alayhi wa sallam ( Al-Fatihah)”

Lalu membaca al fatihah (1x), Al ikhlas (3x), Al falaq (1x), An Naas (1x), Ayat kursy (1x), Istighfar (33x)
Lalu membaca doa taubat

Bacaan Doa Taubat

“Allahumma anta la ilaha ills anta khalaqtani, wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ahdika wa wa’dika mastatha’tu, a’uzubika min syarri ma shana’tu, abu’ulaka bini’matika ‘alayya wa abu’u bidzanbi faghfirli fa’innahu la yaghrirudz-dzunuba illa anta

Allahumma ‘inni a’udzubika min kulli syarri nafsi

Astaghfirullahal ‘azhimal-ladzi la ilaha illa huwal hayyul qayyumu wa ‘atubu ilayh, tawbata ‘abdin zhalimin la yamllku linafsihi dlarran wala naf’an wa la mawtan wa la hayatan wa la nusyura“.

Arti Bacaan Doa Taubat

Yaa Allah, Yaa Tuhan-ku, Engkau adalah Tuhan ku. Tiada tuhan yang pantas disembah melainkan Engkau yang menciptakan diriku. Aku adalah hamba Mu. Aku berada dalam perintah dan perjanjian Mu, yang dengan segala kemampuanku perintah Mu aku laksanakan. Aku berlindung kepada Mu dari segala kejelekan yang aku perbuat kepada Mu. Engkau telah mencurahkan nikmat Mu kepada ku, sementara aku senantiasa berbuat dosa, maka ampunilah aku sebab tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.

Yaa Allah yaa Tuhan ku, aku berlindung kepada Mu dari segala kejahatan yang aku lakukan.

Aku memohon ampunan kepada Allah yang Maha Besar yang tiada Tuhan kecuali Dia, yang hidup dan yang kekal lagi terus menerus mengurus makhluk Ny, sebagaimana taubatnya hamba yang zalim, yang tidak mempunyai daya upaya untuk berbuat mudharat atau manfaat, untuk mematikan dan menghidupkan maupun membangkitkan nanti.

Moga Manfaat
Insya’Allah

Doa Mohon Ketetapan Iman dan Islam

Dalam satu riwayat, Rasulullah SAW pernah bersabda yang intinya adalah bahwa orang yang telah meraih kesempurnaan iman akan merasakan betapa nikmatnya iman itu. Tiada kebahagiaan di dunia ini yang melebihi kebahagiaan iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kenikmatan itu dicurahkan Allah di dunia, sebelum dilimpahkan secara lebih agung di akhirat nanti.

Sayangnya, banyak di antara kita yang kadangkala mengalami perubahan suasana hati. Kadangkala iman kita naik, kadangkala turun. Memang pasang surut iman adalah hal yang wajar dalam diri kita sebagai manusia yang lemah. Akan tetapi, alangkah lebih baik jika iman kita tetap stabil dan memiliki kecendurungan untuk semakin mantap dan teguh, sehingga kita pun dapat mengecap kenikmatan iman.

Bacaan Doa Mohon Ketetapan Iman dan Islam

“Allahumma yaa muqallibal quluubi sabbit qalbii ‘ala diinika”

“Ya Allah, wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu. (H.R. Tirmidhi)”

Moga Manfaat
Insya Allah